Twitter Updates


ShoutMix chat widget

Senin, 08 Agustus 2011

KOPERASI DALAM MEKANISME PASAR OLIGOPOLI



KOPERASI DALAM MEKANISME
PASAR OLIGOPOLI

        I.            Pengertian Pasar Oligopoli
→Struktur pasar dimana hanya ada beberapa perusahaan (penjual) yang menguasai pasar, baik secara independen atau secara diam-diam bekerjasama.
Koperasi melakukan integrasi vertikal dengan perusahaan lain, dengan tujuan upaya meningkatkan efisiensi perusahaan, juga untuk menghindari persaingan ketat antarpenjual.
Heflebower (1980, 29) menemukan bahwa banyak entry yang dilakukan oleh koperasi yang berintegrasi vertikal, terjadi di pasar lokal atau regional, di mana perusahaan-perusahaan yang telah maju hanya sedikit yang melakukannya.
Maksudnya secara empiris, banyak koperasi didirikan atau muncul dalam struktur pasar oligopoli. Pangsa-pangsa di pasar ini dikuasai beberapa penjual saja.
Dalam struktur pasar dengan sedikitnya sejumlah perusahaan, masing-masing oligopolis memformulasikan kebijakannya dengan kewaspadaan akan pengaruhnya bagi para pesaing.
Di sini berbagai hasil / akibat mungkin saja terjadi, tergantung derajat mana oligopolis bertindak, sebagai pesaing atau sebagai koperasi.
Konsep pengoptimalan diperlukan untuk melahirkan suatu ekuilibrium dalam artian memilih hasil yang terbaik menjadi tidak dapat ditetapkan dan melebur dalam kabut ketidakpastian yang saling berinteraksi. (Hirschleifer 1976, 323).
Asumsi model oligopoli adalah jumlah penjual di pasar hanya sedikit, sehingga mereka menyadari akan kesaling tergantungan yang saling menguntungkan dari kegiatan-kegiatan yang dilakukannya.

      II.            Strategi dalam Pasar Oligopoli
1.      Strategi harga
2.      Strategi non harga
Untuk menghindari perang harga, masing-masing perusahaan dapat mengadakan product differentiation (perbedaan produk). Kegiatan untuk memperluas pasar perusahaan:
1.      Advertensi
→memindahkan kurva permintaan ke kanan dan membuatnya kurang elastis.
→perusahaan mungkin menjual jumlah yang lebih besar dengan harga yang sama tanpa timbul perang harga.
2.      Membedakan mutu dan bentuk produk
→hal ini dilakukan perusahaan guna membedakan produk yang dijual masing-masing penjual. Tujuannya agar konsumen lebih suka produk yang dijual perusahaan tersebut, daripada perusahaan lain.
Koperasi dapat menciptakan persaingan harga aktif dalam pasar oligopoli (harga lebih rendah dari pesaing). Karena adanya kesalingtergantungan yang tinggi antarperusahaan, koperasi dapat menghancurkan pesaingnya dan mengakibatkan terjadinya penurunan keuntungan perusahaan lain.
Faktor-faktor yang mungkin dilakukan para pesaing untuk menyingkirkan koperasi:
1.      Perbedaan keunggulan biaya (cost advantages) dari koperasi.
2.      Posisi likuiditas dari para pelaku kegiatan ekonomi.
3.      Keinginan para anggota untuk membiayai kerugian (tingkat loyalitas anggota).
Strategi Koperasi dalam Oligopoli


                   Kebijakan harga                                                                  Persaingan non-harga

Kemampuan                     Kemampuan                                  Kemampuan                Kemampuan
sama                                 lebih rendah                                  sama                           lebih rendah
a)   kebijakan
harga aktif                    1)  harga sama               2)  kebijakan         
b)      harga sama                                (mengikuti                      harga aktif             
c)   penentuan             pimpinan harga)
     harga
     predatori
Dua strategi dasar bagi koperasi menggunakan harga sebagai parameter kegiatan (‘senjata’) dan persaingan non-harga (melalui pengurangan / reduksi biaya, diferensiasi produk, kualitas, dan laim-lain)
            Suatu koperasi dapat menggunakan persaingan harga aktif dalam pasar oligopoli. Harga dapat dikurangi dalam jumlah yang cukup besar.
            Jika suatu koperasi mengikuti aturan harga (AC=AR), koperasi dapat secara drastis memperoleh profit perusahaan pesaing.
            Dengan kebijakan harga aktif koperasi, koperasi menciptakan insentif yang kuat bagi para pesaingnya untuk menyapu bersih koperasi yang baru masuk.

        I.            Penurunan Harga yang bersifat Predator
Koperasi yang baru memasuki pasar akan bersaing dengan perusahaan lain yang sudah mapan. Oleh karena itu, koperasi harus melakukan kebijakan harga dengan penurunan harga yang bersifat ‘predatory’, yaitu menjual produk pada suatu harga di bawah rata-rata, walaupun mengalami kerugian. Kerugian akan ditutup oleh keuntungan sebagai monopoli yang ditumpuk selama masa harga tinggi sebelum masa prakoperasi.

      II.            Price Leadership
→salah satu bentuk persekongkolan (collusion) yang tidak resmi. Hal ini terjadi jika harga dari suatu perusahaan berubah, maka akan diikuti perusahaan lainnya dalam pasar tersebut.
Jenis Price Leadership :
1.      Kepemimpinan oleh suatu perusahaan dengan biaya rendah
Asumsi:
a.      Hanya ada 2 perusahaan dalam industry, satu diantaranya koperasi.
b.      Adanya pembagian pasar secara diam-diam dengan masing-masing memperoleh setengah dari pasar yang ada ada.
c.       Produk yang dihasilkan homogen.
d.      Salah satu perusahaan mempunyai ongkos lebih rendah daripada yang lainnya.
2.      Kepemimpinan oleh suatu perusahaan besar (dominan)
Perusahaan besar menetapkan harga bagi produknya dan membiarkan perusahaan-perusahaan kecil menggunakan harga yang sama dalam menjual produknya.
Sebelum suatu koperasi masuk ke dalam pasar, harga yang mengoptimalkan profit adalah P1. Jika koperasi mengurangi harga sampai P2 (AC=AR) maka perusahaan A akan menderita pengurangan profit.
            Jika sebagai produsen dengan biaya rendah, perusahaan A mengurangi harganya sampai P3, koperasi akan berproduksi dengan merugi dan tidak dapat bertahan.
Sebagai produsen dengan biaya tinggi, adalah bijak bagi koperasi untuk tidak memancing aksi pengurangan harga atas pesaing.
            Mari kita bandingkan situasi ini (kemampuan rendah koperasi) dengan kasus di mana koperasi dan pesaingnya, yaitu perusahaan oligopolistik yang memproduksi suatu produk yang tidak dibedakan namun memiliki biaya produksi yang identik (sebagaimana yang diindikasikan oleh kurva horizontal MC=AC yang sama).
Insetif untuk Melakukan Kolusi dalam Industri Oligopoli
            Untuk menelaah pengaruh koperasi, mari kita asumsikan bahwa sebelum masuknya koperasi, para oligopolis berkolusi dalam rangka mengoptimalkan profit mereka. Yang seharusnya terlibat dalam persaingan harga, malahan mereka secara diam-diam mengkoordinasikan perilaku penetapan harganya untuk memperoleh profit di atas tingkat persaingan.
            Jika masing-masing perusahaan menentukan harga di P1 dan menjual output sejumlah Q1 serta berkolusi untuk mencapai harga P1, mereka bertindak seperti monopolis. Masing-masing perusahaan mencari profit seoptimal mungkin (yang direpresentikan oleh daerah empat persegi panjang abcd).
            Sekarang, seandainya salah satu dari perusahaan itu (koperasi kami) memulai kebijakan harga aktif, memotong harga sampai P2, koperasi akan kehilangan seluruh penjualannya (ingat, bahwa produk identik hanya dapat di jual pada harga yang sama). Perusahaan Y dapat bereaksi dengan mengurangi harganya sampai P3, sekarang koperasi akan kehilangan penjualannya. Proses timbal balik dari pengurangan harga ini dapat berlanjut sampai harga dikurangi hingga ke P4 penetapan harga koperasi.
            Hasilnya adalah bahwa, seluruh profit monopoli telah dibersihkan, penjualan dioptimalkan, anggota koperasi dan pelanggan perusahaan non-koperasi dapat mewujudkan manfaat keuntungan yang setingi-tingginya.
            Koperasi bukan hanya mempromosikan para anggotanya saja, tetapi juga seluruh pengguna jasa dari produk koperasi yang bersangkutan.
            Hasil yang bermanfaat ini (manfaat dari sudut pandang para pelanggan) adalah memungkinkan, karena koperasi memiliki manajerial yang sama (biaya produksi) dibandingkan dengan para pesaingnya.
Pengurangan Harga “Predatori”
            Menjadi pendatang baru pada suatu pasar. Pengurangan harga “predatori”, yaitu menjual produk pada harga dibawah biaya “Total average” (rata-rata total). Koperasi yang kurang dilengkapi oleh sumber daya finansial dapat disingkirkan dari persaingan, harga dapat naik lagi, serta kerugian temporal dapat diganti oleh profit supra-normal (monopolistik) lagi. Efek koperasi atas kebijakan harga aktif akan bernilai nol.  
Kepemimpinan Harga
            Jika koperasi dikelola untuk manfaat atau kepentingan anggota, koperasi dapat menggunakan metode-metode yang lebih memiliki ciri-ciri tersendiri untuk mengoptimalkan anggotanya seperti membayar SHU (patronage refund) maupun memberikan pelayanan tambahan yang lebih baik (menggunakan persaingan non-harga).
            Salah satu cara untuk mencegah perang harga yang merusak koperasi, adalah dengan ‘mengikuti pemimpin (harga)’ dalam menjual.
            Kepemimpinan harga merupakan bentuk lain dari kolusi. Hal itu terjadi ketika harga diubah oleh suatu perusahaan yang kemudian diikuti oleh perusahaan lainnya dalam suatu pasar; terdapat beberapa perusahaan yang memimpin harga:
·                     Kepemimpinan suatu perusahaan yang memiliki biaya rendah
·                     Kepemimpinan suatu perusahaan besar (dominan)
·                     Kepemimpinan harga barometik
            Jika kepemimpinan harga memperkenalkan perusahaan-perusahaan untuk berpartisipasi dalam mengoptimalkan profit, maka akan mudah bagi perusahaan baru terutama bagi koperasi yang tidak berorientasi pada profit, untuk memasuki pasar. Sejak lama, selama pemimpin harga tidak kehilangan kekuasaan dan posisinya oleh koperasi yang memasuki pasar, ia mungkin akan toleran pada pesaing barunya, selama koperasi mengikuti pemimpin harga tersebut.
            Hal ini akan menjadi strategi yang rasional bagi koperasi untuk mengikuti kepemimpinan harga, jika koperasi memasuki pasar dengan biaya awal lebih tinggi, atau rendah dan oleh karena itu bersedia (de facto) mengikuti pimpinan yang tak bisa dipungkirinya lagi itu.
            Bagi sebagian besar koperasi yang memasuki pasar, mungkin hal ini merupakan asumsi yang sangat nyata.

        I.            Rintangan memasuki Pasar
Perusahaan baru yang akan masuk ke dalam industri harus dirintangi karena ia akan merusak penggabungan oligopoli. Rintangan itu dapat berupa rintangan yang natural seperti skala ekonomis, differensiasi produk, ataupun yang artificial (buatan) seperti hak paten, hak monopoli, dan lain-lain.
Rintangan yang dihadapi perusahaan baru untuk memasuki struktur pasar oligopolistic, seperti:
1.      Sanksi hukum dari pemerintah, seperti hak paten, hak monopoli, hak cipta, dll.
2.      Differensiasi produk, artinya mencegah pesaing baru masuk dengan membeda-bedakan produk dari kelompok produk yang sama berdasarkan jenis, merk, kemasan, dan lain-lain.
3.      Keterbatasan modal, pengetahuan, dan teknologi.
4.      Ukuran permintaan pasar yang terbatas.
5.      Politik harga yang ditetapkan oleh masing-masing perusahaan dalam pasar.
Hambatan Masuk Bagi Koperasi
            Oligopoli mengasumsikan pendatang baru yang masuk itu terbatas / dibatasi. Tanpa hambatan masuk, para pesaing baru akan memasuki pasar dan industri tersebut akan cenderung untuk mendekati persaingan sempurna (dengan produk-produk yang homogen) atau persaingan tidak sempurna (produk-produk yang homogen).
            Hambatan masuk bagi perusahaan-perusahaan baru ke dalam sruktur pasar oligopolistik atau pasar monopolistik terdiri dari beberapa bentuk:
·                     Sanksi hukum pemerintah (paten, kuota, hak monopoli / franchise),
·                     Ukuran yang terbatas atas permintaan pasar dan skala ekonomi (hanya satu / beberapa perusahaan saja yang mungkin mampu untuk menghasilkan profitabilitas dalam pasar yang terbatas),
·                     Harga yang terbatas.
            Bagi koperasi, tiga bentuk yang terakhir disebut mungkin menjadi hambatan yang paling serius untuk memasuki pasar oligopoli (atau monopoli).
            Karena kekurangan modal dan / atau kemampuan manajerial maupun teknologi yang rendah (keahlian, pengetahuan teknis, maupun pengalaman yang kurang), maka kurva biaya koperasi akan berada dibawah kurva biaya perusahaan yang telah maju di dalam pasar tersebut. Oleh karena itu, potensi masuknya koperasi ke dalam kasus semacam itu tidak akan di anggap serius oleh perusahaan-perusahaan tersebut.
            Sulitnya koperasi merekrut personalia manajemen yang sudah berpengalaman, sudah di kenal luas. Adanya kapasitas membayar gaji lebih tinggi dalam upaya menarik para manajer dari perusahaan-perusahaan lain, tidak dapat dilakukan pada sebagian kondisi koperasi karena sumber daya finansial yang kurang mampu dan peluang karir menarik tampak tidak dapat dipenuhi oleh koperasi, bagi para manajer professional.
            Perusahaan-perusahaan baru umumnya maupun koperasi-koperasi pada khususnya, harus membayar tingkat bunga yang lebih tinggi bagi perolehan sumber daya finansial yang dibutuhkan bagi pembentukan perusahaannya.
            Argumen skala ekonomis merupakan argumentasi umum dalam menjelaskan keunggulan komparatif koperasi. Untuk menghindarkan kerancuan pendapat, dalam hal ini dua situasi yang harus dibedakan:
1.                  Skala ekonomi diwujudkan oleh perusahaan yang sudah ada sebelumnya dan tidak dapat direalisasikan oleh perusahaan pendatang potensial (seperti halnya kasus diatas).
            Dalam situasi seperti itu, suatu koperasi dapat secara efektif ditekan keberaniannya untuk memasuki pasar, oleh perusahaan-perusahaanyang sudah ada terlebih dahulu.
2.                  Hanya koperasi yang mampu merealisasikan skala ekonomi (yang lebih tinggi): Kurva ATC koperasi dapat bergeser ke bawah dan membiarkan produksi output given manapun pada biaya yang lebih rendah. Di sini, tentu saja koperasi dapat masuk dengan amat mudah atas ketiadaan hambatan lain seperti sanksi hukum. Namun mengapa koperasi harus memiliki keunggulan skala ekonomi ini disbanding dengan perusahaan lain; merupakan pernyataan yang akan dibahas di bawah ini.
            Model tradisional dari kepemimpinan harga dan hambatan masuk secara implisif mengasumsikan bahwa pendatang ke dalam pasar merupakan perusahaan baru atau hanya perusahaan kecil sehingga akan bersedia mengikuti kepemimpinan harganya.
            Asumsi ini tidaklah nyata jika ditetapkan pada usaha kontemporer pada umumnya, karena bagian yang penting dari memasuki pasar telah melibatkan perusahaan yang terlebih dahulu ada itu. Namun, untuk koperasi, asumsi itu tampak sangat wajar, terutama dinegara berkembang. Di sini, sebagian besar koperasi akan benar-benar merupakan perusahaan baru yang memasuki pasar dan koperasi tersebut akan dihadapkan pada hambatan masuk yang telah diungkapkan di muka.
            Koperasi-koperasi itu benar-benar dapat dianggap sebagai perusahaan “bayi” yang sering harus bersaing melawan perusahaan yang sudah ada lebih dahulu dan berpengalaman di dalam kondisi “kesenjangan kemampuan bersaing” yang tidak seimbang.     
 II.            Penghalang Masuk dan Integrasi Vertikal Koperasi
Koperasi yang memiliki kemampuan yang sama, akan lebih mudah memasuki pasar oligopoli, karena:
1.      Para langganan lebih mungkin melakukan kontrak dengan perusahaan yang dimiliki sendiri.
2.      Para anggota akan lebih bersedia/terbuka memberikan informasi penting mengenai kondisi pasar yang bermanfaat bagi manajemen dalam meningkatkan kualitas produk, periklanan, dan menekan biaya operasi.
3.      Hubungan yang lebih kuat antarperusahaan anggota dan loyalitas antara anggota dan manajemen.



0 komentar:

Posting Komentar

nilailah blogku sesuka hatimu

Maher Zain - Insha Allah | Insya Allah | ماهر زين - إن شاء الله

Google Translate

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

BlogCatalog

Blog Top Sites

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More